Pohon Filsafat
Pohon Filsafat
( The Tree Of Philosophy )
( The Tree Of Philosophy )
Filsafat
itu amat sulit, sedikit orang yang mampu mempelajarinya. Memang ada banyak
pemikiran yang berbeda mengenai filsafat, dari berbagai kalangan pun punya
pandangan yang berbeda-beda mengenai filsafat. Mempelajari filsafat perlu adanya signifikan.
Pandangan Palmquis dalam buku Pohon Filsafat ia mengamati banyak pandangan atau
pemahamana-pemahaman yang telah berkembang sejak filsafat itu ada, dan ia
merasa bahwa pandangan tersebut itu tidak sepenuhnya salah. Ada pandangan yang
menyatakan bahwa filsafat itu laksana pohon. Palmquis mengambarkan bahwa filsafat
merupakan suatu disiplin imu yang statis, kokoh dan sekaligus dapat pula
berkembang dinamis.
Dalam
pandangan Palmquis dalam bukunya, secara garis besar ada lima jenis pendekatan
utama yang dipakai dalam pembelajaran pengantar filsafat yaitu dengan pendekatan
filsafat umum dan filsafat barat. Kelima pendekatan itu adalah pertama
pendekatan historis dengan berbagai variasinya dalam pendekatan ini, pemikiraan
para filusuf terpenting dan latar belakang mereka dipeajari secara kronologis.
Kedua pendekatan metodologis cara ini dipandang penting, mengingat bahwa cara
terpenting untuk mempelajari filsafat adalah berfilsafat. Dalam pendekatan
metodologis berbagai metode berfilsafat ditimbang-timbang, kemudian metode yang
dipandang terbaik diuraikan lebih lanjut untuk dapat dipergunakan sebagai
pedoman berfilsafat. Pendekatan ketiga adalah pendekatan analitis dengan
berbagai varasinya, metode ini memandang bahwa tugas pengantar filsafat adalah
menjelaskan unsur-unsur filsafat.
Filsafat
diuraikan secara sistematis dan diterangkan sejelas-jelasnya. Pendekatan
keempat adalah pendekatan eksistensial dalam pendekatan ini filsafat dipandang
sebagai jalan hidup filosofis tanpa terbelenggu oleh sistematikanya. Dalam
pendekatan ini tema-tema pokok filsafat didalami, dengan harapan bahwa pembaca
dengan sendrinya akan memperoleh gambaran tentang filsafat yang seutuhnya. Dari
empat penekatan Palmquis diatas mungkin pendekatan yang kelima adalah yang
terbaik dari empat penekatan sebelumya terlepas dari keungulan dan kelemahannya.
Pendekatan kelima yaitu pendekatan terpadu dalam filsafat memiliki metode
mensintesis berbagai pendekatan sekaligus dalam satu buku saja, seperti
penguraian filsafat Palmquis dalam bukunya pohon filsafat ini diuraikan dengan
pendekatan tersebut.
Palmquis
banyak terinspirasi oleh filusuf kritis Immanuel kant. Palmquis mengambarkan
filsafat layaknya sebuah pohon yang terbagi dalam berbagai bagian, ada bagian
akar, batang, cabang dan daun. Palmquis mengambarkan metafisika dan pengakuan
kebebalan pada bagian akar pohon. Seperti layaknya akar terpendam didalam tanah
sehingga tidak dapat melihat sebagaimana adanya, maka metafisis pengetahuan pun
demikian, bahwa filsafat lahir dari kumpulan mitos-mitos dalam masyarakat yang
pada dasarnya tidak dapat diketahui oleh benak manusia. Kemudian mitos berjalan
menuju ilmu melalui sastra yang disebut demitologisasi proses pencampuran mitos
dengan keilmuan tersebut barulah bisa dikatakan filsafat. Plato, Sokrates dan
Aristoteles adalah tiga tokoh filusuf besar Yunani yang berfungsi sebagai mitos
yang menjadi dasar perkembangan filsafat Barat, selama lebih dari dua milenium.
Namun lebih jauh pemahaman metafisika filsafat pada awalnya ditemukan oleh
Sokrates, lalu diungkap jauh lebih lengkap oleh Khan.
Bagian kedua adalah batang yaitu
pengalihan dari akar filsafat, metafisika menuju batang pohon filsafat yaitu
logika dan pemahaman kata-kata. Logika memang berkaitan dengan sesuatu yang
mempermudah kita dalam melihat hal-hal dibalik opini kita sendiri. Disisi lain
logika sebenarnya sama sekali tidak menajarkan kita fakta-fakta baru.
Sesungguhnya, logika lebih menyerupai metafisika daripada fisika, bila sampai
pada persoalan pencarian fakta-fakta baru. Metafisika, menurut Khan tidak
menambah pegetahuan sama sekali, tapi mencegah kekeliruan, seperti halnya akar
pohon tidak mengandung buah, namun perlu dipelihara untuk memastikan agar
buahnya sehat. Begitu pula batangnya, dalam logika kita mempelajari metafisika
bukanlah agar kita bisa lebih mengetahui namun supaya kita dapat belajar
mengungkapkan dengan lebih jelas dan cermat pengetahuan yang kita peroleh dari
sumber-sumberlain.
Bagian ketiga cabang pohon yang mengambarkan ilmu, ilmu dalam arti khusus yaitu cinta akan kealiman, cabang dalam pohon mengambarkan suatu cabang-cabang keilmuan yang berbeda-beda. Karena hal tersebut menjadikan filsafat bukanlah sebuah ilmu karena fisafat ialah induk dari semua ilmu. Dibagian empat penggambaraan daun-daun pada pohon filsafat dianalogikan sebagai pemersatu. Daun dalam pohon filsafat bisa disamakan dengan bidang penyelidikan filsafat yang biasanya dikenal sebagai ontologi (telaah tentang yang berada). Paul Tillich mendefinisikan bahwa ontologi adalah, mengakui bahwa yang berada beranekaragam tetapi berupaya untuk mempersatukan keragaman itu dengan memaparkannya. Setiap orang yang mempunyai pengetahuan terlibat dalam ontologi karena mengetahui berarti menggakui sesuatu sebagai suatu yang ada.
Sumber ;http://art4story.blogspot.co.id/2008/01/sebuah-resume-buku-filsafat-pohon.html
mantap jiwa mbak.. tapi bagian keempatnya kok gk ada mbak .. oh iaa sy izin copas ya mbak. nanti sy sesuaikan dgn bahasa sy. soalnya sy belum baca semua ini buku. terus disuruh sama dosenku untuk pahami dua buku pohon filsafat dana pengantar filsafat dlm wkt 1 minggu. belum lg kerja tugas yang lain. terima kasih mbak. boleh ya sy izin copas mabak.
BalasHapusAss,,mba saya ijin copas buat tugas saya,md2n ilmunya bermanfaat,
BalasHapus