Aliran Filsafat
1. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata
Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan.
Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the
greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama
kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill.
Utilitarianisme
merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang
berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah
yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya
perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
2. Idealisme
Idealisme berasal dari kata ide
yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih
menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik.
Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri,
pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi. Kata idealisme pun merupakan
istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal
abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan
dengan materialisme Epikuros.
Istilah
Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional
sebagai kunci ke hakikat realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20
istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat. Tokoh-tokoh lain
cukup banyak ; Barkeley, Jonathan Edwards, Howison, Edmund Husserl, Messer dan
sebagainya.
3. Rasionalisme
Rasionalisme atau gerakan
rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah
ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta,
daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Pada pertengahan abad ke-20,
ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang dipengaruhi secara besar
oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual. Rasionalisme modern hanya
mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme kontinental yang diterangkan
René Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada ketergantungan
rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan dan pengamatan,
suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali.
4. Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran
filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau
hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan kebenaran
objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan praktis
dari pengetahuan kepada individu-individu. Dasar dari pragmatisme adalah logika
pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata
merupakan fakta-fakta individual dan konkret. Dunia ditampilkan apa adanya dan
perbedaan diterima begitu saja. Representasi
atau penjelmaan realitas yang muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi
dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi
pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau
direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang
bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat
di dalam sejarah.
5. Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran
dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman
manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah
pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan
tiga eksponennya adalah David Hume, George Berkeley dan John Locke.
6. Positivisme
Istilah positivisme sangat
berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke
pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah
cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Penganut paham
positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu
sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan
berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.
7.
Materialisme
Kata
materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai
bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup
yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam
kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi
alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi
disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham
(ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata
(harta,uang,dsb). Maka materilisme adalah paham yang menyatakan bahwa hal yang
dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri
atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah
satu-satunya substansi. Kemudian, istilah inipun sering digunakan dalam
filsafat.
Filsuf
yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia merupakan salah
satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain
yang juga turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan
Lucretius Carus. Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan
dengan materialisme yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua
karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme
machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan). Dalam waktu yang
sama, di tempat lain muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu
materialisme ateisme. Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan
substansinya, yang tidak mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya
sama dengan fungsi-fungsi otak. Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme
asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang
kemudian meneruskan keberadaan materialisme.
8.
Humanisme
Humanisme
adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan
dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang
berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika
yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan
dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi
kelompok-kelompok etnis tertentu. Humanisme modern dibagi kepada dua aliran.
Humanisme keagamaan/religi dan Humanisme Sekular. Diantara tokoh-tokoh
Humanisme: Abraham Maslow, Albert Einstein, Bertrand Russell, Carl Rogers,
Cicero, Edward Said, Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr. Henry
Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.
9.
Feminisme
Tokoh
feminisme disebut Feminis adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi
atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Mengenai latar belakang lahirnya
gerakan feminisme adalah ketika pada waktu itu setelah Revolusi Amerika 1776
dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi perempuan
kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika itu,
perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki
hak-hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik
dan pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan
laki-laki dihadapan hukum.
Pada 1785
perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan pertama kali didirikan di
Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda. Gerakan feminisme berkaitan dengan
Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley Montagu dan
Marquis de Condorcet. Sedangkan mengenai tokoh-tokoh yang terkenal dalam faham
feminisme diantaranya adalah Foucault, Naffine, Derrida (Derridean)
10. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran
filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab
atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan
mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan
mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran
bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu
yang menurutnya benar.
Eksistensialisme
adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat
Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an
itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan
eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu?
bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu
kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap
kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam
studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul
Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be
free", manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah
kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai
derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas?
atau "dalam istilah orde baru", apakah eksistensialisme mengenal
"kebebasan yang bertanggung jawab"? Bagi eksistensialis, ketika
kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari
kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain.
Namun,
menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi “seorang yang lain daripada
yang lain”, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar
kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang
menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar
keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti
dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke
berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya,
tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi
dokter atas keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.
SUMBER:
Surajiyo.
2007. Ilmu Filsafat: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Komentar
Posting Komentar