MENGENAL TARIAN TERBANG GEDE
Kesenian
Terbang Gede merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang pada masa penyebaran
agama Islam Di Banten. Pada waktu itu, agama Islam dipandang sebagai agama baru
di kalangan masyarakat. Oleh karena itu untuk pendekatan maka diciptakanlah
alat musik Terbang Gede.
Kesenian
Rakyat ini dibawa oleh seorang wali yang bernama syarif Hidayatullah dengan
gelar Sunan Gunung Jati, hidupnya menyebarkan agama Islam di Jawa Barat dan
Banten dngan di Bantu oleh murid-muridnya. Pada tahun 1450-1500, sekitar abad
ke XV masyarakat Jawa Barat dan Banten masih beragama Hindu. Sunan Gunung Jati
mengutus lima orang dari Cirebon, yaitu : Sacapati, Madapati, Jayapati,
Margapati, dan Wargakusumah untuk menyebarkan agama Islam, salah satunya dengan
cara pementasan kesenian meniru kesenian yang berkembang di Tanah Makkah. Kelima
utusan kemudian membuat alat musik genjring yang berasal dari potongan kayu
mirip yang ada di Tanah Makkah. Alat musik tersebut dinamakan Terbang. Kemudian
dibuatlah limabuah terbang sebagai symbol dari rukun Islam yakni Syahadat,
Salat, Zakat, Puasa, Ibadah haji. Karena merasa kurang sempurna, maka dibuatlah
satu buah kendang besar sebagai pelengkap.
Selanjutnya
cucu Sunan Gunung Jati yang bernama Maulana Yusuf pada tahun 1570-1580, dan
oleh puteranya yang bernama Abdulfathah (Sultan Ageng Tirtayasa), terbang ini
dijadikan juga sebagai alat penyebaran agama Islam. Dan kesenian ini dapat
diterima dan tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakat karena pada saat itu
para pemain tidak mengharapkan imbalan apa-apa selain berkah dan pahala dari
Allah swt. Kesenian
ini jadi santapan utama masyarakat Banten pada saat peringatan hari-hari besar
Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Muharam, Ekahan, Muludan, dan Rajaban.
Dalam pertunjukan terbang ini terdapat lagu-lagu yang mengiringi seperti syair
solawat nabi pada saat Ekahan yaitu pada fase menggunting rambut dan acara
khitanan. Syair bilaia pada saat perkawinan yaitu ketika pengantin laki-laki
memberikan kue kepada pengantin perempuan. Syair fakam dilantunkan pada saat
Maulid Nabi Muhammad saw. Syair turu lare dibawakan pada upacara pengiring
pengantin, dan syair nabi salawe dilantunkan pada waktu ngaruwat rumah yang
baru dibangun.
Pemain dan Waditra
Pemain
Kesenian Terbang Gede ini terdiri atas tiga kelompok yaitu saechu, pangrawit,
dan vokalis. Saechu adalah pimpinan rombongan yang mengatur jalannya acara.
Pangrawit terdiri atas 6 orang laki-laki dan 5 orang sebagai penabuh terbang
serta 1 orang penabuh gendang. Penabuh "terbang gede", alat ini
berfungsi sebagai goong; penabuh "sela", alat ini berfungsi sebagai
gendang; penabuh "penganak" berfungsi sebagai tingtit; penabuh
"kempul" berfungsi sebagai kempul; penabuh "koneng ", alat
ini berfungsi sebagai kecrek Adapun vokalis terdiri atas laki-laki yang
berjumlah 7 sampai 15 orang, dan rata-rata berusia lanjut. Syarat menjadi
vokalis harus memiliki dasar kejiwaan yang kuat dan akhlak mulia. Jumlah
waditra atau alat musik Kesenian Terbang Gede ada lima buah ditambah gendang
yang terdiri atas satu buah gendang dan dua buah kulanter. Rinciannya adalah
sebagai berikut: terbang kempring yaitu terbang yang memiliki suara kecil
dengan ukuran diameter 56 cm dan tinggi 11 cm. Terbang gede yaitu terbang yang
memiliki suara lebih rendah dari terbang kempring dengan ukuran 57 cm dan
tingginya 42 cm atau 23 cm. Terbang
gemruh yaitu terbang yang memiliki suara lebih rendah dari terbang gede dengan
ukuran diameter 50 cm dan tinggi 12 cm. Terbang talingtik yaitu terbang yang
memiliki suara lebih kecil dari suara terbang kempring dengan ukuran diameter
52 cm dan tinggi 14 cm. Dan Terbang goong dengan ukuran diameter 48 cm. dan
tinggi 12 cm.
Pakaian
Pakaian
yang digunakan para pemain Kesenian Terbang Gede tergantung pada acaranya,
misalnya dalam acara ritual menggunakan pakaian sehari-hari, adapun jika
menghadapi perayaan Hari Kemerdekaan RI mereka menggunakan pakaian yang terdiri
atas kampret warna putih, celana panjang warna gelap, ikat kepala dari kain
leman, dan kain poleng setengah betis.
Pola
Permainan
Pola
permainan Kesenian Terbang Gede dibagi menjadi dua jenis, yaitu pola permainan
pada upacara ritual dan untuk hiburan. Pada acara hiburan disediakan sesajian
yang tidak selengkap pada acara ritual. Setelah sesajian tersedia maka
pertunjukkan pun dimulai. Para pemain yang berjumlah 15 sampai 20 orang keluar
dengan formasi dua baris sejajar. Barisan depan terdiri atas para penabuh,
pedzikir, dan penari. Para penabuh berada di tengah barisan, sementara para
pedzikir dan penari berada di sebelah kiri dan kanannya. Adapun barisan
belakang terdiri atas para vokalis.
Serempak
tetabuhan dibunyikan secara bersama-sama sebagai tanda "bubuka"
pembukaan. Setelah pembukaan dilanjutkan dengan instrument diikuti pelantunan
syair baik yang berbahasa Arab maupun bahasa Daerah/Jawa. Para pemain pun ikut
bernyanyi dan berdzikir secara bersama-sama.
Pelaksanaan
pertunjukkan dapat dilakukan di alam terbuka, halaman, rumah, dan di serambi
Masjid.
Komentar
Posting Komentar