Macam-macam Kritik Menurut Immanuel Kant

Macam-macam Kritik Menurut Immanuel Kant

a.  Kritik Atas Rasio Murni
Dalam kritik ini, atara lain kant menjelaskan bahwa ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru. Untuk itu ia terlebih dulu membedakan adanya tiga macam putusan, yaitu:Putusan analitis apriori; dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subjek,  karena sudah termuat di dalamnya (msialnya, setiap benda menempati ruang).
Putusan sintesis aposteriori, misalnya pernyataan “meja itu bagus” di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi, karena dinyatakan setelah (=post, bhs latin) mempunyai pengalaman dengan aneka ragam meja yang pernah diketahui. Putusan sintesis apriori; disini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga.  manusia mempunyai tiga tingkatan pengetahuan, yaitu:

Taraf indra
            Pendirian tentang pengenalan inderawi ini mempunyai implikasi yang penting. Memang ada suatu realitas, terlepas dari subjek, Kant berkata: memang ada das ding an sich (benda dalam dirinya; the thing itself). Tetapi das ding an sich selalu tinggal suatu X yang tidak dikenal. Kita hanya mengenal gejala-gejala (Erscheinungen), yang selalu merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari luar dengan bentuk ruang dan waktu.

Taraf akal budi
Kant membedakan akal budi Vesrtand dengan Vernunft. Tugas akal budi ialah menciptakan orde antara data-data inderawi. Dengan lain perkataan, akal budi menciptakan putusan-putusan. Pengenalan akal budi juga merupakan sintesa antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-data inderawi dan bentuk adalah apriori, yang terdapat pada akal budi. Bentuk apriori ini dinamakan Kant dengan istilah “Kategori”. Akal budi memiliki struktur sedemikian rupa, sehingga terpaksa saya mesti memikirkan data-data inderawi sebagai subtansi  atau menurut ikatan sebab akibat atau menurut kategori lainnya. Dengan demikian, Kant sudah menjelaskan Shahihnya ilmu pengetahuan alam. Sekarang kita mengerti juga bahwa Kant betul-betul mengadakan suatu revolusi Kopernikan.

Taraf Rasio
Tugas rasio ialah menarik kesimpulan dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan argumentasi-argumentasi. Seperti akal budi menggabungkan data-data inderawi dengan mengadakan putusan-putusan. Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi-argumentasi itu dipimpin oleh tiga ide : jiwa, dunia, dan Allah. Karena kategori akal budi hanya berlaku untuk pengalaman, kategori-kategori itu tidak dapat diterapkan pada ide-ide. Tetapi justru itulah yang di usahakan oleh metafisika. Uraian yang panjang lebar dikemukakan oleh kant untuk memperlihatkan kepada kita bahwa bukti-bukti untuk adanya Allah yang diberikan dalam filsafat bersifat kontradiktoris. Walaupun Kant sangat menagumi empirisme Hume, empirisme yang bersifat radikal dan yang konsekuen, ia tidak dapat menyetujui skeptisime yang dianut Hume dengan kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan, kita tidak mampu mencapai kepastian. Pada waktu Kant hidup, sudah jelas bahwa ilmu pengetahuan dirumuskan Newton memperoleh sukses. Hukum-hukum ilmu pengetahuan berlaku selalu dan dimana-mana. Misalnya air mendidih pada 100 C selalu begitu dan begitu dan begitulah dimana-mana. Yang menjadi soal adalah, bagaimana hal itu mungkin terjadi? Syarat-syarat manakah yang harus terpenuhi untuk menjadikan ilmu pengetahuan alam dapat menghasilkan pengetahuan yang begitu mutlak dan perlu pasti? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kant mengadakan suatu revolusi filsafat. Ia berkata bahwa ia mau mengusahakan suatu “Revolusi Kopernikan”, berarti suatu revolusi yang dapat dibandingkan dengan perubahan revolusioner yang dijadikan Copernicus dalam bidang astronomi.

         Dahulu para filsuf telah mencoba memahami pengenalan dengan mengandaikan bahwa si subjek mengarahkan diri kepada objek. Kant mengerti pengenalan dengan berpangkal  dari anggapan bahwa objek mengarahkan diri kepada subjek. Sebagaimana Copernicus   menetapkan bahwa bumi berputar sekitar matahari dan bukan sebaliknya, demikian pun kant memperlihatkan bahwa pengenalan berpusat pada subjek bukan objek. Mula-mula sains itu dibuktikan absolute bila dasarnya a priori; ia berhasil disini. Kemudian ia membatasi keabsolutan sains tersebut dengan mengatakan bawa sains itu naïf. Sains hanya mengetahui penampakan obyek. Bila sains maju selangkah lagi, ia akan terjerumus ke dalam antinomy. Jadi sains dapat dipegang, tetapi sebatas penampakan obyek. Dengan demikian, sains telah diselamatkan. Argumennya adalah bahwa sains dan akal tidak mampu menembus noumena, tidak mampu juga menembus obyek-obyek keyakinan. Obyek-obyek ini, yaitu obyek keyakinan, temasuk noumena yang lain, hanya diketahui dengan kala praktis. Jadi agama telah di selamatkan.

            Rasio  praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau dengan kata lain, rasio yang memberi perintah kepada kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberi perintah yang mutlak yang disebutnya sebagai imperatif  kategori.
Kant beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaik-baiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah sebabnya Kant menyebutnya ketiga postulat dari rasio praktis. Ketga postulat dimaksud itu ialah:
1.  Kebebasan kehendak
2. Inmoralitas jiwa, dan
3. Adanya Allah

Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis harus diandaikan atas dasar rasio praktis. Akan tetapi tentang kebebasan kehendak, immoralitas jiwa, dan adanya Allah, kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritas. Menerima ketiga postulat tersebut dinamakan Kant sebagai Glaube alias kepercayaan. Dengan demikian, Kant berusaha untuk memperteguh keyakinannya atas Yesus Kristus dengan penemuan filsafatnya. Serupa dengan filsuf  islam seperti ibn Rusyd yang berupaya menjadikan filsafat sebagai alat penguat keimanan sebagaimana yang tampak dalam kitabnya Fasl al-maqa’l fi masyarakat bayn al-hikmat wa al-shari’at min al-ittisal.

e.  Kritik Atas Daya Pertimbangan
            Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Inilah yang terjadi dalam pengalaman estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Finalitas dalam alam itu diselidiki dalam bagian kedua, yaitu Der Theologischen Unteilskraft.
Adapun Inti dari Critique of  Judgment (Kritik atas pertimbangan) adalah sebagai berikut:
a.  Kritik atas pertimbangan menghubungkan diantara kehendak dan pemahaman.
b. Kehendak cernderung menuju yang baik, kebenaran adalah objek dari  pemahaman.
c.  Pertimbangan yang terlibat terletak diantara yang benar dan yang baik
d. Estetika adalah cirinya tidak teoritis maupun praktis, ini adalah gejala yang ada
    pada dasar subjektif.
e.Teologi adalah teori tentang fenomena, ini adalah bertujuan: (a) subjektif 
  (menciptakan kesenangan dan keselarasan) dan (b) objektif (menciptakan yang cocok 
   melalui akibat-akibat dari pengalaman).

     Kritisisme Immanuel Kant sebenarya telah memadukan dua pendekatan alam pencarian keberadaan sesuatu yang juga tentang kebenaran substanstial dari sesuatu itu. Kant seolah-olah mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula pengalaman, tidak dapat dijadikan tolok ukur, karena tidak semua pengalaman benar-benar nyata dan rasional, sebagaimana mimpi yang nyata tetapi “tidak real”, yang demikian sukar untuk dinyatakan sebagai kebenaran. Dengan pemahaman tersebut, rasionalisme dan empirisme harusnya bergabung agar melahirkan suatu paradigma baru bahwa kebenaran empiris harus rasional, sebagaimana kebenaran rasional harus empiris. Jika demikian, kemungkinan lahir aliran baru yakni rasionalisme empiris.




sumber :
Susanto, ahmad. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta : Bumi Aksara.
Yusuf, Akhyar dan Irawan. 2010. Filsafat Sosial. Tangerang selatan : Universitas terbuka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pohon Filsafat

Discussion text

Ciri Berpikir filosofis dan Gaya Berfilsafat