Karakter seorang  muslim

Ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia dapat disebut pembentukan karakter berkepribadian muslim, yaitu :
1.      Salimul aqidah (Akidah yang bersih )
merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada ALLAH SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuanNya.Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada ALLAH. Dalam firman Allah mengatakan ” (QS. Al-An’aam) 162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Karena aqidah yang bersih merupakan sesuatu yang amat penting, maka pada masa awal da’wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
Beberapa contoh perilaku dari penerapan salimul aqidah, antara lain :
·  Mengesakan AllAH SWT dalam rububiah dan uluhiah
·  Tidak menyekutukan Allah swt, dalam asma-nya, sifat-sifatnya
·  Menghayati Asma dan sifat Allah mengikuti madzhab salat
·  Mengetahui batasan-batasan wala’ dan bara’
·  Berteman dengan orang-orang shalih dan meneladaninya
·  Tidak mengkafirkan seorang muslim
·  Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat nasuha
·  Menyiapkan diri kedatangan kematian kapan saja
·  Menyiapkan diri kedatangan kematian kapan saja
·  Meyakini bahwa masa depan ada di tangan islam
·  Berusaha meraih rasa manisnya iman dan ibadah
·  Merasakan adanya istigfar para malaikat mulia dan do’a mereka.

2.    Shahihul Ibadah ( Ibadah yang benar )
Adalah melaksanakan setiap peribadatan berdasarkan sunnah rasullah dan tidak ada unsur bid’ah. Beberapa aplikasi shahihhul ibadah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
·         Khusyu’u dalam shalat
·         Merutinkan shalat sunnah rawatib
·         Melaksanakan qimayul lail
·         Bersedekah
·         Berpuasa sunnah
·         Rajin membaca dan tadarus Al-qur’an
·         Banyak dzikir kepada Allah  SWT sembari  menghafal bacaan ringan
·         Banyak bertaubat
·         Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya
·         Ziarah kubur untuk mengambil ‘ibrah
·         Senantiasa bertafakkur
·         Haji jika mampu

3.      Matinul Khuluq (Akhlak yang kokoh)
Merupakan   sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam  hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-nya. Kita maklumi, bahwa Rasullah Saw di utus dunia untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah  mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung. Dalam firman Allah mengakatakan     
dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS 68:4)
Matinul Khuluq yang dapat dipratikkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
·            Tidak banyak mengobrol dan sedikit becanda
·            Tidak dendam dan hasad
·            Memiliki rasa malu untuk berbuat keslahan
·            Menjalin hubungan baik dengan tetangga
·            Berani
·            Halus
·            Menjenguk orang sakit
·            Berterimakasih kepada orang yang berbuat baik
·            Merendahkan suara
·            Menyambung persaudaraan
·            Memuliakan tamu
·            Senyum di depan orang lain
·            Menjawab salam

4.      Qawiyyul Jism ( Kekuatan jasmani)
merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani bererti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fizikalnya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fizikal yang sihat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk- bentuk perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesihatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim, dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengubatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim selalu dalam keadaan lemah dan kesakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk perkara yang penting, maka Rasulullah sallallah alaihi wasallam bersabda yang artinya: 'Mu'min yang kuat lebih aku cintai daripada mu'min yang lemah' (HR. Muslim).
5.      Mutsaqqoful  fikri  (Intelek dalam berfikir)
merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fathonah (cerdas) dan Al-Qur'an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: 'pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.' Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: 'Yang lebih dari keperluan.'Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Untuk mencapai wawasan yg luas maka manusia dituntut utk mencari/menuntut ilmu, seperti apa yg disabdakan beliau SAW : “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim”.(Muttafaqun ‘alaihi).Dan menuntut ilmu yg paling baik adalah melalui majelis2 ilmu spt yg digambarkan ALLAH SWT dlm firman-Nya:“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. al-Mujadilaah [58]: 11).Oleh karena itu ALLAH SWT mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.(QS. az-Zumar [39]:9). Mutsaqqoful  fikri  (Intelek dalam berfikir) dapat dipraktikan dalam  kehidupan sehari-hari, yaitu :
·         Tahfidz  Al-Qur’an
·         Membaca Tafsir Al- qu’an
·         Menghafal kitab hadits
·         Mengenal sirah Nabi dan para sahabat
·         Mengetahui hokum ibadah, sholat, puasa, zakat, dan haji
·         Membaca buku khazanah ilmu

6.      Mujahadatun Linafsihi. (Berjuang melawan hawa nafsu )
merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada dengan seseorang itu berjuang dalam melawan hawa nafsu. Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah sallallah ’alaihi wasallam bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).
Aplikasi yang dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
·         Selalu menyertakan niat jihad
·         Menyalurkan dorongan nafsu sesuai syariat
·         Tidak berlebihan
·         Sabar atas bencana
·         Menyusaikan perbuatan dengan ucapannya

7.      Harishun 'ala Waqtihi.(Pandai menjaga waktu)
merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah s.w.t banyak bersumpah di dalam Al-Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah Swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: 'Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.' Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanfaatkan waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi sallalla ‘alaihi wasallam adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8.      Munazhzhamun fi Syu'unihi. (Teratur dalam suatu urusan) 
termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama,maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya kesinambungan dan penguasaan ilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.
9.       Qodirun 'alal Kasbi (Memiliki kemampuan usaha sendiri)
merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena itu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur'an maupun hadits dan hal itu memilik keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan. 
10.  Naafi'un Lighoirihi (Bermanfaat bagi orang lain)
   merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudhy dari Jabir). [1]
Untuk meraih kriteria Pribadi Muslim di atas membutuhkan kesungguhan. Sesungguhnya Allah swt berjanji akan memudahkan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh meraih keridloan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al Ankabut : 69. Allahu A’lam.


Sumber : Tim dosen mpk PAI ‘pendidikan agama islam ‘(Jakarta,hartomo media pustaka,2015)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pohon Filsafat

Discussion text

Ciri Berpikir filosofis dan Gaya Berfilsafat