PENGANTAR FILSAFAT
A. PENGERTIAN
FILSAFAT
Secara
etimologis, filsafat diambil dari bahasa Arab, falsafah-berasal dari bahasa
Yunani, Philosophia, kata majemuk yang berasal dari kata Philos yang artinya
cinta atau suka, dan kata Sophia yang artinya bijaksana. Dengan demikian secara
etimologis, filsafat memberikan pengertian cinta kebijaksanaan. Di dalam
Encyclopedia of philosophy (1967:216) ada penjelasan sebagai berikut: “The
creek word Sophia is ordinary translated as ‘wisdom’, and the compound
philosophia, from wich philosophy derives, is translated as the ‘love of
wisdom’.” Abu Bakar Atjeh (1970:6) juga mengutip seperti itu. Berdasarkan
kutipan tersebut dapat di ketahui bahwa filsafat ialah keinginan yang mendalam
untuk mendapatkan kebijakan atau untuk menjadi bijak. Secara terminologis,
filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan
pengertian. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi retsebut :
·
Plato
(477 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia
sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai
kebenaran yang asli. ·
Aristoteles (381SM-322SM), mengatakan bahwa
filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya
ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
·
Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM), seorang
politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai pengetahuan
tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
·
Al-Farabi (wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya. · Immanuel Kant (1724M-1804M) yang sering
dijuluki raksasa pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok
dari segala ilmu pengetahuan yang meliputi empat persoalan, yaitu:
Ø
APAKAH YANG DAPAT KITA KETAHUI ? pertanyaan ini dijawab oleh Metafisika.
Ø
APAKAH YANG BOLEH KITA KERJAKAN ? pertanyaan ini dijawab oleh Etika.
Ø
SAMPAI DI MANAKAH PENGHARAPAN KITA ? pertanyaan ini dijawab oleh Agama.
Ø
APAKAH MANUSIA ITU ? pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.
B. METODE FILSAFAT
Ada tiga metode berfikir yang digunakan untuk
memecahkan problema-problema filsafat, yaitu: metode deduksi, induksi dan
dialektika.
Metode Deduktif
Adalah, suatu metode berpikir dimana
kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan kemudian diterapkan kepada
semua yang bersifat khusus. Contohnya sebagai berikut:
·
·
Semua
manusia adalah fana (prinsip umum)
·
·
Semua raja
adalah manusia (peristiwa khusus)
·
·
Karena itu
semua raja adalah fana (kesimpulan)
Metode
Induksi
Adalah
suatu metode berpikir dimana suatu kesimpulan ditarik dari prinsip khusus
kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Contoh: Bagus adalah
manusia (prinsip khusus). Dia akan mati
(prinsip umum) · Seluruh manusia akan mati (kesimpulan)
Metode Dialektik
Yaitu suatu cara berpikir dimana suatu
kesimpulan diperoleh melalui tiga jenjang penalaran: tesis, antitesis dan
sintesis. Metode ini berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argument yang
didalamnya terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling
mempengaruhi argument tersebut akan menunjukkan bahwa tiap proses tidak
enyajikan pemahaman tang sempurna tentang kebenaran.
Metode Sistematis
Metode ini bertujuan agar perhatian
pelajar/ mahasiswa terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh atau pada
metode. Misalnya, mula-mula pelajar atau mahasiswa menghadapi teori pengetahuan
yang berdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu mempelajari teori
hakikat, teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih
khusus dalam sistematika filsafat untuk membahas setiap cabang atau subcabang
itu, aliran-aliran akan terbahas.
Metode
Histories
Metode ini digunakan untuk mempelajari
filsafat dengan cara mengikuti sejarahnya dapat dibicarakan dengan demi tokoh
menurut kedudukannya dalam sejarah. Misal dimulai dari pembicarakan filsafat
thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori
pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam
teori nilai. Lantas dilanjutkan dalam membicarakan Anaxr mandios Socrates, lalu
Rousseau Kant dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer.
Metode Kritis
Metod ini digunakan oleh orang-orang
yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Sebaiknya metode ini digunakan pada
tingkat sarjana. Disini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan
sistematis ataupun histories. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian
pelajar mencoba mengajukan kritikannya, kritik itu mungkin dalam bentuk
menentang. Dapat juga berupa dukungan. Ia mungkin mengkritik mendapatkan
pendapatnya sendiri ataupun menggunakan pendapat filusuf lain. Jadi, jadi jelas tatkala memulai pelajaran amat
diperlukan dalam belajar filsafat dengan metode ini.
C.
OBJEK FILSAFAT
Isi filsafat ditentukan oleh objek yang
dipikirkan. Ada dua objek apa yang dipikirkan. Ada dua objek dalam filsafat
diantaranya: Objek Material Objek material filsafat yaitu segala yang ada dan
mungkin ada, jadi luas sekali dan tidak terbatas. Objek Formal (sikap
penyelidikan) Objek forma filsafat adalah penyelidikan yang mendalam atau ingin
mengetahui bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang
tidak empiris. Objek ini hanya dimiliki oleh filsafat saja. Sains tidak
mempunyai objek forma. Karena objek sains hanya terbatas pada sesuatu yang bisa
diselidiki secara ilmiah saja, dan jika tidak dapat diselidiki maka akan
terhenti sampai disitu. Tetapi filsafat tidaklah demikian, filsafat akan terus
bekerja hingga permasalahannya dapat ditemukan sampai akar-akarnya.
D.
SISTEMATIKA FILSAFAT
Hasil berpikir tentang segala sesuatu
yang ada dan mungkin ada telah banyak terkumpul dan disusun secara teratur dan
sistematis dikenal dengan istilah sistematika filsafat atau struktur
filsafat. Struktur filsafat berkisar
pada tiga cabang filsafat yaitu teori pengetahuan, teori hakikat dan teori
nilai. Berikut ini akan diuraikan lebih rinci lagi.
1. TEORI PENGETAHUAN
Teori pengetahuan membicarakan cara memperoleh
pengetahuan (norma-norma atau teori-teorinya) dan membicarakan pula tentang
bagaimana cara mengatur pengetahuan yang benar dan berarti
a.
Epistimologi
b.
Empirisme
c.
Rasionalisme
d.
Fenomenalis
e.
Intersionisme
f.
Metode
Ilmiah
SUMBER :
T afsir,Ahmad.2000.Filsafat Umum.Bandung:ROSDA ·
Kattsoff,Louis O.2004.Pengantar Filsafat.Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya
Komentar
Posting Komentar