EPISTEMOLOGI CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
A. Jarum sejarah pengetahuan
Dengan perkembangan abad penalaran maka
konsep dasar berubah dari kesamaan kepada pembedaan. Mulailah terdapat
pembedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya
spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan.
Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan apa yang
diketahui, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu di
pergunakan.
Salah satu cabang pengetahuan itu
yang berkembang menurut jalannya sendiri adalah ilmu yang berbeda dengan
pengetahuan-pengetahuan lainnya terutama dalam segi metodenya. Metode keilmuan
adalah jelas sangat berbeda dengan ngelmu yang merupakan paradigma dari abad
pertengahan. Demikian juga ilmu dapat dibedakan dari apa yang telaahnya serta
untuk apa ilmu itu dipergunakan. Makin ciutnya kapling masing-masing disiplin
keilmuan itu bukan tidak menimbulkan masalah, sebab dalam kehidupan nyata
seperti pembangunan pemukiman manusia, maka masalah yang dihadapi demikian
banyak dan bersifat jelimet. Menghadapi kenyataan ini terdapat lagi orang yang
ingin memutar jarum sejarah kembali dengan mengaburkan batas-batas otonomi
masing-masing disiplin keilmuan.
B. Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak langsung turut
memperkaya kehidupan kita. Tiap jenis pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis
pertanyaan tertentu yang diajukan. Setiap pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang
spesifik mengenai apa(ontology), bagaimana(epistemologi), dan untuk
apa(aksiologi) pengetahuan tersebut disususun. Ketiga landasan ini saling
berkaitan; jadi ontologi ilmu terkait dengan epistomologi ilmu dan epistemologi
ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya.
Randall dan Buchler mendefinisikan akal
sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman secara tidak sengaja
yang bersifat sporadis atau kebetulan. Sedangkan karakteristik akal sehat
diberikan oleh Titus sebagai berikut: (1) karena landasannya yang berakar pada
adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan
pengulangan; (2) karena landasannya yang berakar kurang kuat maka akal sehat
cenderung untuk bersifat kabur dan samar-samar; dan (3) Karena kesimpulan yang
ditariknya sering berdasarkan asumsi yang tidak dikaji lebih lanjut maka akal
sehat lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji.
C.
Metode
ilmiah
Metode
ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi
ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu sebab
ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Metodologi ini secara filsafati
termasuk dalam apa yang dinamakan epistemologi. Epistemologi merupakan
pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan. Metode ilmiah
mencoba menggabungkan cara berfikir deduktif dan cara berfikir induktif dalam
membangun tubuh pengetahuannya. Berfikir deduktif memberikan sifat ysng
rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan
yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Dalam rangka memecahkan masalah kita
dapat mengajukan hipotesis yang merupakan jawaban sementara bagi permasalahan
yang dihadapi. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap
permasalahan yang sedang kita hadapi. Dengan adanya jembatan berupa penyusunan
hipotesis ini maka metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logica-hypothetico verifikasi. Kerangka
berfikir logica-hypothetico
verifikasi pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: (1)
perumusan masalah; (2) penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis;
(3) perumusan hipotesis; (4) pengujian hipotesis; (5) penarikan kesimpulan.
D. Struktur pengetahuan ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut
metode ilmiah merupkan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan
dengan demikian, dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Sebuah hipotesis
yang telah diuji secara formal diakui sebagai pernyataan pengetahuan ilmiah
yang baru yang memperkaya khasanah ilmu yang telah ada. Sekiranya pengetahuan
baru ini salah, disebabkan kelengahan dalam salah satu langkah dari proses
penenemuannya, maka cepat atau lambat kesalahan ini akan dibuang dari khasanah
keilmuan. Metode ilmuah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif
yang memungkin upaya keilmuan menemukan kesalahan yang mungkin diperbuatnya.
Sebaliknya bila ternyata bahwa sebuah pengetahuan ilmiah yang baru itu adalah
benar, maka pernyataan yang terkandung dalam pengetahuan ini dapat dipergunakan
sebagai premis baru dalam kerangka pemikiran yang menghasilkan hipotesis-hipotesis baru, yang bila kemudian
ternyata dibenarkan dalam proses pengujian akan menghasilakan
pengetahuan-pengetahuan ilmiah baru.
Sumber: Syafiie, Inu Kencana. 2010. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama
Sumber: Syafiie, Inu Kencana. 2010. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama
Komentar
Posting Komentar